Selasa, 24 Maret 2020

BELAJAR DI RUMAH


Bidang Study : Seni Budaya
Kelas : VIII

Kompetensi Dasar:
Memahami penerapan pola lantai dan unsur pendukung gerak tari tradisional

Materi Ringkas:

PENERAPAN POLA LANTAI PADA GERAK TARI

Tari tradisional sudah ada seiring dengan sejarah perkembangan tari itu sendiri. Kita dapat belajar dan mengamati dari sejarah perkembangan tari di Indonesia yang telah diwariskan para seniman tari sebagai hasil karya daya cipta yaitu tari tradisional.
Tari tradisional tidak bisa terlepas dari pola kehidupan sosial budaya masyarakat daerah setempat. Oleh karena itu, dalam setiap daerah mempunyai tari tradisional yang berbeda-beda. Keberagaman tari tradisional tersebut mempunyai keunikan sendiri. Oleh karena itu, bentuk-bentuk tari di setiap daerah harus terus menerus dipelihara, dilestarikan atau ditradisikan sebagai suatu warisan budaya.


Unsur Pendukung Tari Tradisional

 Pola Lantai Tari Tradisional
Pola lantai adalah pola atau garis yang dilewati oleh para penari untuk melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain saat pertunjukan. Jika kita perhatikan, seorang penari sering mengambil langkah ke arah depan, belakang, kanan, kiri atau gerakan memutar.
Apabila dari gerakan tersebut dibuat sebuah garis imajiner, maka akan membentuk yang namanya pola lantai seni tari. Jadi secara sederhana, ia semacam pola yang dihasilkan oleh para penari ketika sedang melakukan gerakan tarinya.

Jenis Pola Lantai Tari

Pada dasarnya, hanya ada 2 macam pola garis yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis lurus memiliki makna tentang kekuatan dan kesederhanaan. Sementara garis lengkung memberikan makna kelembutan dan lemah gemulai.
Namun dari 2 pola dasar tersebut dapat dikembangkan kembali menjadi beberapa pola lainnya. Contohhnya garis lurus menjadi horizontal, vertikal dan diagonal. Sementara garis lengkung bisa membentuk pola lingkaran, angka 8 dll.
1. Pola Lantai Vertikal

Merupakan sebuah pola dimana para penari akan membentuk garis vertikal dari arah depan hingga belakang. Banyak digunakan pada berbagai tari-tari klasik dan tradisional. Pola ini cenderung memperlihatkan kesan kuat dan sederhana. Beberapa contoh tarian yang menggunaka pola lantai vertikal adalah tari Serimpi (Jateng), tari Yospan (Papua), tari Pasambahan (Sumbar).

2. Pola Lantai Horizontal

Ini merupakan kebalikan dari pola lantai vertikal. Dimana para penari akan membentuk garis lurus memanjang dari arah kanan ke kiri atau sebaliknya. Mungkin kalian pernah melihat beberapa tarian menggunakan pola ini. Contohnya seperti tari Saman (Aceh), tari Indang (Sumbar).

3. Pola Lantai Diagonal

Pola lantai diagonal akan membuat para penari membentuk garis secara menyudut baik ke arah kanan ataupun kiri. Pola ini berusaha untuk memberikan kesan kuat serta dinamis. Beberapa contoh tari yang menggunakan pola lantai diagonal seperti tari Pendet (Bali), tari Sekapur Sirih (Jambi).

4. Pola Lantai Melengkung

Seperti namanya, dalam pola ini para penari akan membentuk sebuah garis lengkung. Contoh variasinya sendiri cukup beragam, ada yang membentuk seperti huruf u atau n, lingkaran ataupun angka 8. Pola ini akan memberikan kesan kelembutan dan lemah gemulai. Contoh tarian yang menggunakan pola ini seperti tari Piring (Sumbar), tari Randai (Sumbar), tari Ma’badong (Sulsel).


Pola lantai pada tari tradisional Indonesia pada prinsipnya hampir sama yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis lengkung termasuk pola lingkaran dan garis lurus biasa membuat segi empat, segitiga, atau berjajar. Pola lantai dapat juga dilakukan dengan cara kombinasi antara garis lurus dan garis lengkung. Kombinasi ini dilakukan agar gerak tampak lebih dinamis.
Pola lantai tari Saman dari Aceh menggunakan garis lurus. Para penari duduk lurus di lantai selama menari. Pola lantai tari Saman merupakan salah satu ciri yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Pola lantai tari Bedaya baik di Keraton Surakarta maupun Yogyakarta banyak menggunakan pola-pola garis lurus. Garis lurus pada tarian Saman atau Bedaya merupakan Simbolisasi pada hubungan vertical dengan Tuhan dan horizontal dengan lingkungan sekitar. Tari Kecak selain unik dari segi gerak juga unik dari segi pola lantai. Kecak lebih banyak menggunakan pola lantai melingkar atau lengkung dan tidak menggunakan pola lantai garis lurus. Hal ini memiliki kesamaan dengan pola lantai tari Randai dari Sumatra Barat.

 Tata Rias dan Busana Tari Tradisional
Tata rias dan tata busana pada tari tradisional memiliki fungsi penting. Ada dua fungsi tata rias dan tata busana pada tari tradisional yaitu; 1) sebagai pembentuk karakter atau watak; dan 2) sebagai pembentuk tokoh.
Pembentukan karakter atau watak dan tokoh dapat dilihat pada tata rias wajah yang digunakan dan juga busana yang dipakai. Karakter pemarah, jahat, dan sejenisnya biasanya menggunakan tata rias warna merah yang dominan. Demikian juga pada busana. Busana warna dominan yang digunakan secara visual menunjukkan bahwa penari memerankan tokoh jahat. Tokoh raksasa pada epos Ramayana misalnya, digambarkan dengan riasan wajah yang merah menyala dengan bagian mulut penuh taring. Tata busana yang digunakan dengan menggunakan rambut gimbal panjang dan menyeramkan. Karakter tokoh baik pada epos Ramayana biasanya menggunakan riasan cantik seperti riasan pada Pregiwa sebagai istri Gatot Kaca. Tata rias dan tata busana tampak cantik dan bersahaja. Tata rias dan busana juga dapat menunjukkan tokoh lucu. Epos Ramayana ditunjukkan pada tata rias dan busana Punakawan yaitu Semar, Petruk, Bagong, dan Gareng.
Tata rias dan busana pada tari tradisional tidak hanya bersumber pada epos Ramayana tetapi jugatarian lepas yaitu tarian yang tidak berhubungan dengan cerita Ramayana. Tokoh dan karakter dapat dijumpai juga pada tari tentang fauna seperti Tari Merak. Tata rias pada tari Merak yang digunakan memperlihatkan seekor burung Merak yang indah. Tata busana yang digunakan merupakan perwujudan dengan sayap dan tutup kepala sebagai ciri khas yang menunjukkan perwujudan burung Merak. Ada juga tata rias dan tata busana lain yang menunjukakan perwujudan dari objek tari seperti tari Kijang dari Jawa Tengah, tari Burung Enggang dari Kalimantan, tari Cendrawasih dari Bali, tari Kukilo dari Jawa Tengah.

 Properti Tari Tradisional
Properti merupakan salah satu unsur pendukung dalam tari. Ada tari yang menggunakan properti tetapi ada juga tidak menggunakan. Properti yang digunakan ada yang menjadi nama tarian tersebut. Contoh tari Payung menggunakan payung, tari Piring menggunakan piring sebagai properti. Kedua tarian ini berasal dari Sumatra Barat. Tari Lawung dari keraton Yogyakarta menggunakan Lawung (tombak) sebagai properti tarinya.
Ada juga tarian yang menggunakan properti tetapi tidak digunakan sebagai nama tarian. Contoh tari Pakarena menggunakan Kipas, tari Merak menggunakan Selendang, tari Serimpi dari Yogyakarta atau Surakarta ada yang menggunakan Kipas, Keris atau properti lain. Ini hanya beberapa contoh properti yang digunakan dalam tarian tradisional, masih banyak tari dari daerah lain yang menggunakan properti sebagai pendukung. Tari Nelayan, tari Tani menggunakan tudung kepala dan hampir semua jenis tarian perang menggunakan tameng dan senjata perang lain seperti keris. Ada juga tarian yang menggunakan properti kukusan yaitu tempat untuk membuat tupeng terbuat dari anyaman bambu yang digunakan sebagai kurungan dalam tari Lengger gaya Banyumasan.

 Tata Iringan Tari Tradisional
Musik merupakan bahasa universal. Melalui musik orang dapat mengekspresikan perasaan. Musik tersusun atas kata, nada, dan melodi. Semua terangkum menjadi satu. Bahasa musik dapat dipahami lintas budaya, agama, suku, ras, dan juga kelas sosial. Melalui musik segala jenis perbedaan dapat disatukan. Musik sebagai iringan tari dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu iringan internal dan eksternal.
Iringan internal memiliki arti iringan tersebut dilakukan sekaligus oleh penari. Contoh iringan internal antara lain pada tari Saman. Penari manyanyi sebagai iringan sambil melakukan gerak. Iringan internal juga dijumpai pada tari daerah Papua penari membunyikan tifa sebagai iringan gerakan.
Iringan eksternal memiliki arti iringan yang berasal dari luar penari. Iringan ini dapat berupa iringan dengan menggunakan alat musik yang dimainkan atau pemusik atau yang berasal dari tape recoder.
Jenis tari tradisional di Indonesia lebih banyak menggunakan iringan eksternal daripada iringan internal. Musik iringan tari memiliki fungsi antara lain: 1) sebagai iringan gerakan; 2) ilustrasi; 3) membangun suasana.
Musik iringan tari sebagai iringan gerakan memiliki arti bahwa ritme musik sesuai dengan ritme gerakan tidak sama. Musik dapat ditabuh secara menghentak tetapi gerakan yang dilakukan dapat mengalir dan mengalun. Sedangkan musik iringan sebagai membangun suasana sering dilakukan pada tarian yang memiliki desain dramatik agar suasana yang ditampilkan sesuai dengan tujuan cerita.

Sumber:


https://www.mastekno.com/id/pola-lantai-tari/
Seni Budaya untuk MTs/SMP Kelas VIII. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017.


Untuk menambah pemahaman dan wawasan tentang pola lantai, tonton video dalam link berikut!

https://www.youtube.com/watch?v=5f8-gGKSTZI

https://www.youtube.com/watch?v=2Y-GIu5stvM


TUGAS II
Bacalah dengan teliti ringkasan materi di atas kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! (Jawaban ditulis di buku tulis Seni Budaya)
1. Apa yang dimaksud dengan pola lantai dalam seni tari?
2. Jelaskan jenis-jenis pola lantai!
3. Tulislah masing-masing 5 (lima) contoh tari tradisional Indonesia yang menggunakan pola garis lurus dan garis lengkung!
4. Jelaskan 2 (dua) fungsi tata rias dan tata busana pada tari tradisional
5. Properti merupakan salah satu unsur pendukung dalam tari. Ada tari yang menggunakan properti tetapi ada juga tidak menggunakan. Tulislah 5 contoh tari tradisional Indonesia yang menggunakan properti!
6. Dalam seni tari, dikenal iringan musik internal dan eksternal. Jelaskan perbedaan keduanya!
7. Jelaskan 3 fungsi iringan musik dalam tari!


**Selamat menikmati belajar di rumah, tetap jaga kesehatan! Jangan lupa ibadah! Jaga Iman, jaga Imun**