BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dalam pandangan islam.
Pernikahan juga merupakan suatu dasar yang penting dalam memelihara
kemashlahatan umum. Kalau tidak ada pernikahan, maka manusia akan
memperturutkan hawa nafsunya, yang pada gilirannya dapat menimbulkan bencana
dalam masyarakat.
Pada dasarnya, dua orang (laki-laki dan perempuan) melangsungkan
pernikahan dan membangun rumah tangga dengan tujuan untuk memperoleh kebahagian
atau dikenal dengan istilah membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahma. Akan
tetapi, pada kenyataannya tidak semua rumah tangga yang terbentuk melalui
pernikahan dilimpahi kebahagiaan. Kadang ada saja masalah yang menimbulkan
perselisihan yang dapat berujung pada perceraian.
Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur segala hal tentang
kehidupan, termasuk pernikahan, perceraian (talak), rujuk, idah, dan sebagainya.
Talak dapat dilaksanakan dalam keadaan yang sangat membutuhkan, dan tidak ada
jalan lain untuk mengadakan perbaikan. Hal ini antara lain dibolehkan apabila
suami istri sudajh tidak dapat melakukan kewajiban masing-masing sesuai dengan
ketentuan agama, seingga tujuan rumah tangga yang pokok yaitu mencapai
kehidupan rumah tangga yang tenang dan bahagia sudah tidak tercapai lagi.
Apalagi kalau rumah tangga itu dapat mengakibatkan penderitaan-penderitaan dan
perpecajhan antara suami istri tersebut, maka dalam keadaan demikian perceraian
dapat dilaksanakan, yaitu sebagai jalan keluar bagi segala penderitaan bailk
yang menimpa suami atau istri.
Namun demikian, bagi wanita yang dicerai oleh suaminya, baik vcerai
biasa atau cerai mati (ditinggal mati), tidakl boleh langsung menikah lagi
dengan laki-laki lain, melainkan ia harus menunggu untuk sementara waktu lebih
dahulu. Masa menunggu bagi wanita yang bercerai itu disebut iddah. Diadakan
masa iddah itu dimaksudkan untuk mengetahui apakah selama masa iddah itu wanita
tersebut hamil atau tidak, dan jika ternyata hamil maka anak tersebut masih
sebagai anak dari suami yang pertama. Selain itu, iddah dimaksudkan sebagai
masa untuk ‘berpikir ulang’ bagi suami istri untuk menetukan kelanjutan
hubungan mereka. Jika ternyata dalam masa iddah itu, suami istri menyesali
perceraian mereka, mereka bias rujuk atau kembali ke ikatan pernikahan mereka
yang lama. Aturan-aturan tentang talak, iddah, dan rujuk telah diatur dengan
lengkap dalam agama islam.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
Bagaimana hakikat talak?
2.
Bagaimana hakikat iddah?
3.
Bagaimana hakikat rujuk?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
THALAK
1.
Pengertian dan
Hukum Thalak
Thalak adalah
melepaskan ikatan nikah dari suami dengan mengucapkan lafaz tertentu, misalnya
suami mengatakan kepada isterinya; “saya thalak engkau”, dengan ucapan tersebut
lepaslah ikatan pernikahan dan terjadilah perceraian.
Thalak menurut hukum asalnya adalah
makruh, karena talak merupakan perbuatan yang halal tetapi paling tidak disukai
oleh Allah SWT.
Sabda Nabi SAW:
Yang Artinya: Perbuatan yang halal, tetapi dibenci Allah adalah talak” (H.R. Abu Daud dan Ibnu
Majah).
2.
Lafaz dan Bilangan
Talak
Lafas talak itu
dapat diucapkan atau dituliskan dengan kata-kata yang jelas dan kata-kata
sindiran. Talak dengan kata yang jelas misalnya : “saya ceraikan engkau”. Talak
dengan kata-kata yang jelas seperti itu tidak memerlukan niat. Sedangkan talak
dengan kata-kata sindiran, misalnya: “pulanglah engkau ke rumah orang tuamu”.
Talak dengan menggunakan kata-kata sindiran tersebut memerlukan niat. Jika
suami berniat mentalak, maka jatuh talak, tetapi jika ia tidak berniat, maka
tidak jatuh talaknya.
Adapun bilangan
talak maksimal tiga kali, artinya suami berhak menjatuhkan talak kepada
istrinya sampai tiga kali. Pada talak satu dan talak dua, suami berhak rujuk
(kembali) kepada istrinya sebelum habis masa iddahnyaatau nikah lagi apabila
iddahnya sudah habis. Pada talak tiga, suami tidak boleh rujuk dan tidak boleh
nikah kembali, sebelum istrinya itu nikah dengan laki-laki lain dan sudah
digauli serta sudah ditalak olehsuami keduanya itu.
Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang
“perkawinan”, perceraian hanya dapat dilakukan di depan siding Pengadilan Agama
setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua
belah pihak. Oleh karena itu talak merupakan ikrar suami dihadapan sidang
Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. Selanjutnya
dinyatakan, “seorang suami yang menjatuhkan talak kepada istrinya mengajukan
prmohonan baik lisan maupun tulisan kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat
tinggal istri disertai dengan alas an serta memeinta diadakan siding untuk
keperluan. Dan prceaian itu terjadi terhitung pada saat perceraian itu
dinyatakan di depan siding “pengadilan”.
3.
Macam-Macam Talak
a.
Talak menurut bentuknya
Talak
yang dijatuhkan suami kepada istri ada beberapa macam bentuknya, yaitu: ila’,
lian, dzihar, dan fasakh.
·
Ila’
Ila’
ialah sumpah suami bahwa tidak akan mencapuri istrinya. Ila’ merupakan adat
Arab jahiliyah. Mereka bersumpahtidak akan menggauli istrinya dengan maksud
menyakitinya dan membiarkan ia menderita berkepanjangan tanpa ada kepastian dicerai
atau tidak.
Jika
seorang laki-laki tidak senang lagi kepada istrinya, dan iapun tidak suka pula
kalau nanti istrinya dikawini orang lain, maka ia melakukan ila’ yaitu
bersumpah tidak akan menggauli istrinya itu.
Setelah
Islam dating, adat tersebut dihapus, dengan cara membatasi waktu sumapah
tersebut, selama-lamanya 4 bulan. Dalam masa 4 bulan tersebut suami harus
mencabut sumpahnya dan kembali kepada istrinya dengan membayar kifarat sumpah.
Jika masa 4 bulan itu sudahh lewat, maka ia wajib memilih antara kembali kepada
istrinya atau menceraikannya. Jika kembali, maka ia hharus membayar kifarat
sumpah, dan jika memilih menceraikan, maka jatuh talak ba’in sughra yang tidak
boleh rujuk lagi. Perhatikan surat Al Baqarah 226 dan 227.
Artinya:
226.
kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh empat bulan
(lamanya). kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
227.
dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka Sesungguhnya Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
.
·
Lian
Lian
ialah saling melaknat antara suami dan istri. Lian terjadi karena salah satu
(suami/isteri) menuduh yang telah berbuat zina, sementara yang dituduh
bersikeras menolak tuduhan. Apabila tidak dapat diselesaikan secara baik-baik, keduanya
datang ke Pengadilann Agama untuk diadakan sumpah dihadapan hakim. Di hadapan
hakim penuduh disuruh bersumpah sebanyak lima kali, empat kali sumpah bahwa
“Demi Allah, engkau (suami/isteri) telah berbuat zina”. Yang kelima bersumpah
bahwa “Aku (suami/isteri) bersedia menerima laknat Allah jika berdusta”.
Apabila penuduh tidak mau bersumpah, ia ditahan sampai mau bersumpah atau
mencabut tuduhannya.
Untuk
itu perhatikan surat An Nur ayat 6 – 9 :Artinya:
6. dan orang-orang yang menuduh isterinya
(berzina), Padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka
sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama
Allah, Sesungguhnya Dia adalah Termasuk orang-orang yang benar.
7. dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat
Allah atasnya, jika Dia Termasuk orang-orang yang berdusta[1030].
8. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh
sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar
Termasuk orang-orang yang dusta.
9. dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat
Allah atasnya jika suaminya itu Termasuk orang-orang yang benar.
·
Dzihar
Dzihar,
yaitu ucapan suami kepada istrinya yang berisi penyerupaan istrinya dengan
ibunya seperti kata suami; Engkau seperti punggung ibuku. Pada zaman jahiliah,
Dzihar dianggap sebagai salah satu cara menceraikan istri. Kemudian islam
melarangnya, dan menyatakan haram hukumnya. Suami yang terlanjur mendzihar
istrinya sebelum mencampuri membayar kifaratnya adapun kifarat dzihar adalah
memerdekakan budak, jika tidak mampu, harus berpuasa dua bulan berturut-turut.
Jika tidak kuat puasa, wajib memberi makan 60 orang miskin.untuk dzihar ini
perhatikan surat Al Mujadalah ayat 2 – 4
Artinya:
2.
orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya
sebagai ibunya, padahal) Tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka
tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka
sungguh-sungguh mengucapkan suatu Perkataan mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya
Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
3.
orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik
kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang
budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan
kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
4.
Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), Maka (wajib atasnya) berpuasa dua
bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak Kuasa
(wajiblah atasnya) memberi Makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya
kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi
orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.
·
Fasakh
Fasakh
adalah pembatalan nikah yang dilakukan oleh pengadilan karena salah satu pihak
(suami atau isteri) tidak dapat melaksanakan kewajibannya. Pada dasarnya,
fasakh adalah hak suami dan isteri. Tetapi karena suami sudah mempunyai hak
talak, maka fasakh biasanya diusulkan oleh pihak isteri.
Alas
an yang dapat digunakanuntuk mengajukan fasakh, antara lain:
a) suami cacat tubuh yang serius;
b)
suami tidak memberi nafkah kepada
isteri;
c)
suami berselingkuh dengan wanita lain;
d)
suami murtad atau pindah agama.
b.
Thalak menurut hukumnya
Ditinjau
dari segi keadaan isteri, thalakitu dibagi dua macam, yaitu talak sunni dan
talak bid’i.
·
Talak sunni adalah talak yang dijatuhkan
seorang suami kepada isterinya, ketika isterinya sedang suci sedang suci, yaitu
tidak sedang haid; atau isteri dalam keadaan suci dan tidak dicampuri; atau
sama sekali belum dikumpuli; atau dalam keadaan hamil. Hhukumnya bolehh
dilakukan.
·
Talak bid’i adalah talak yang dijatuhkan
suami, ketika isterinya sedang haid, atau sedang suci tetapi telah dicampuri,
atau thalak dua/tiga sekaligus.thalak bid’I hukumnya haram.
c.
Thalak menurut sifatnya
Ditinjau
dari segi sifatnya atau cara menjatuhkannya talak itu terbagi dua, yaitu talak
sarih dan talak kinayah
·
Talak sarih adalah talak yang diucapkan suami
dengan ucapan yang jelas, yaitu ucapan talak (cerai), firak (pisah), atau sarah
(lepas).talak yang diucapkan dengan menggunakan kata-kata tersebut dinyatakan sah dengan tidak diragukan lagi
keabsahannya.
·
Talak kinayah adalah ucapan yang tidak jelas
maksudnya, tetapi mengarah kepada perceraian. Misalnya dengan ucapan yang
bernada mengusir, menyuruh pulang atau
ucapan yang bernada tidak memerlukan
lagi dan sejenisnya. Jika ucapan itu diniatkan thalak, maka talaknya
jatuh.karena itu untuk menghindari terjadinya talak kinayah, sebaliknya suami
berhati-hati dalam menggunakan kata-kata
kepada isterinya, nabi bersabda yang artinya:
“Dari
Abu Hurairah ra. Ia berkata: Rasulllah bersabda: Ada tiga perkara yang apabila
disungguhkan jadi dan bila main-mainpun tetap jadi, yaitu nikah, talak, dan
rujuk”.
d.
Talak menuruk hak rujuk suami isteri
Ditinjau
dari segi dapat rujuk atau tidaknya, maka talak terbagi dua, yaitu talak raj’I
dan talak bain.
·
Talak raj’i adalah talak dimana suami bisa
kembali kepada bekas isterinyadengan tidak memerlukan nikah kembali, yaitu
talak satu dan talak duayang dijatuhkan
oleh suami kepada isterinya.
·
Talak bain adalah talak dimana suami tidak
boleh merujuk kembalibekas isterinya, kecuali dengan persyaratan tertentu,
talak bain ada dua macam, yaitu talak bain sugra dan talak bain kubra.
Ø
Talak bain sugra adalah talak yang dijatuhkan
kepada isteri yang belum dicampuri dan talak khuluk atau tebus. pada talak ini
suami tidak boleh merujuk kembali kepada bekas isterinya, kecuali menikahinya
dengan pernikahan baru. Sedangkan talak khuluk adalah talak yang dijatuhkan
suami atas permintaan isteri dengan alasan tertentu. Dalam hal ini suami tidak
perlu memperhatikan keadaan isterinya, apakah sedang haid atau suci, semuanya
itu ditanggung isteri karena permintaannya sendiri. Talak khuluk disebut juga
talak tebus karena isteri wajib membayar ‘iwad atau tebusan ke pengadilan.
Ø
Talak bain kubra adalah talak tiga di mana
bekas suami tidak boleh merujuk atau mengawini kembali bekas ieterinya, kecuali
bekas isterinya itu telah dinikahi oleh laki-laki laindan telah dicampuri. Jika
suaminya itu menceraikannya, maka bekas suami pertama boleh mengawininya
kembali.
Pernikahan
dan perceraian kedua dengan suami barunya tidak boleh direkayasa. Semuanya harus
terjadi secara kebetulan.
B.
IDDAH
1.
Pengertian Iddah
Secara bahasa, kata “Iddah” dalam bahasa arab
diambil dari kata “al-‘Adad” dan “al-Ihsha’” yang berarti “Bilangan”,
yakni sesuatu yang dihitung oleh perempuan (istri) dari hari-hari dan haid atau hitungan dari haid atau suci, atau hitungan bulan.
Secara istilah , “Iddah”
berarti sejumlah waktu ( hari ) untuk menunggu bagi perempuan dan tidak boleh
untuk menikah setelah wafat suaminya atau berpisah denganya. Dikalangan para
ulama fiqh terdapat banyak pendapat dalam memberikan pengertian iddah. Menurut
ulama Hanafiah, iddah berarti saat-saat tertentu menurut syara’ untuk
menyelesaikan hal-hal yang terkait dengan perkawinan. dengan kata lain saat
menunggu bagi wanita ketika berpalingnya perkawinan atau yang serupa. Sedangkan
menurut ulama jumhur, Iddah berarti saat menunggu bagi perempuan (istri)
untuk mengetahui kekosongan rahimnya, atau untuk beribadah, atau keadaan
bersedih-berduka cita terhadap perkawinanya, yang berakhir.
2.
Masa Iddah
Lamanya masa iddah bagi seorang perempuan
sebagai berikut:
Ø
Wanita
yang dicerai suaminya, kalau ia sedang mengandung maka masa iddahnya sampai
dengan lahirnya anak yang dikandungnya. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT
dalam QS At-Thalaq ayat 4:
Ï«¯»©9$#ur
z`ó¡Í³t
z`ÏB
ÇÙÅsyJø9$#
`ÏB
ö/ä3ͬ!$|¡ÎpS
ÈbÎ)
óOçFö;s?ö$#
£`åkèE£Ïèsù
èpsW»n=rO
9ßgô©r&
Ï«¯»©9$#ur
óOs9
z`ôÒÏts
4
àM»s9'ré&ur
ÉA$uH÷qF{$#
£`ßgè=y_r&
br&
z`÷èÒt
£`ßgn=÷Hxq
4
`tBur
È,Gt
©!$#
@yèøgs
¼ã&©!
ô`ÏB
¾ÍnÍöDr&
#Zô£ç
ÇÍÈ
Artinya:
4.
dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara
perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa
iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang
tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah
sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
Ø
Wanita
yang ditinggal mati suaminya, sedangkan ia tidak mengandung (hamil), maka iddahnya empat bulan sepuluh hari. Hal
ini berdasarkan Firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 234:
tûïÏ%©!$#ur
tböq©ùuqtFã
öNä3ZÏB
tbrâxtur
%[`ºurør&
z`óÁ/utIt
£`ÎgÅ¡àÿRr'Î/
spyèt/ör&
9åkôr&
#Zô³tãur
(
#sÎ*sù
z`øón=t/
£`ßgn=y_r&
xsù
yy$oYã_
ö/ä3øn=tæ
$yJÏù
z`ù=yèsù
þÎû
£`ÎgÅ¡àÿRr&
Å$râ÷êyJø9$$Î/
3
ª!$#ur
$yJÎ/
tbqè=yJ÷ès?
×Î6yz
ÇËÌÍÈ
Artinya:
234.
orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri
(hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan
sepuluh hari. kemudian apabila telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu
(para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut.
Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.
Ø
Wanita
yang dicerai oleh suaminya. Sedangkan ia masih dalam keadaan haid, maka
iddahnya tiga quru’ (3 kali suci). Hal ini berdasarkan Firman Allah SWT dalam
QS Al-Baqarah ayat 228:
àM»s)¯=sÜßJø9$#ur
ÆóÁ/utIt
£`ÎgÅ¡àÿRr'Î/
spsW»n=rO
&äÿrãè%
4
wur
@Ïts
£`çlm;
br&
z`ôJçFõ3t
$tB
t,n=y{
ª!$#
þÎû
£`ÎgÏB%tnör&
bÎ)
£`ä.
£`ÏB÷sã
«!$$Î/
ÏQöquø9$#ur
ÌÅzFy$#
4
£`åkçJs9qãèç/ur
,ymr&
£`ÏdÏjtÎ/
Îû
y7Ï9ºs
÷bÎ)
(#ÿrß#ur&
$[s»n=ô¹Î)
4
£`çlm;ur
ã@÷WÏB
Ï%©!$#
£`Íkön=tã
Å$rá÷èpRùQ$$Î/
4
ÉA$y_Ìh=Ï9ur
£`Íkön=tã
×py_uy
3
ª!$#ur
îÍtã
îLìÅ3ym
ÇËËÑÈ
Artinya:
228.
wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'.
tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya,
jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak
merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki
ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Ø
Wanita
yang tidak pernah datang haid lagi, misalnya karena ia masih kecil atau sudah
manupause ( usia yang sudah lanjut), maka iddahnya tiga bulan. Hal ini berdasarkan Firman Allah SWT dalam QS
At-Thalaq ayat 4:
Ï«¯»©9$#ur
z`ó¡Í³t
z`ÏB
ÇÙÅsyJø9$#
`ÏB
ö/ä3ͬ!$|¡ÎpS
ÈbÎ)
óOçFö;s?ö$#
£`åkèE£Ïèsù
èpsW»n=rO
9ßgô©r&
Ï«¯»©9$#ur
óOs9
z`ôÒÏts
4
àM»s9'ré&ur
ÉA$uH÷qF{$#
£`ßgè=y_r&
br&
z`÷èÒt
£`ßgn=÷Hxq
4
`tBur
È,Gt
©!$#
@yèøgs
¼ã&©!
ô`ÏB
¾ÍnÍöDr&
#Zô£ç
ÇÍÈ
Artinya:
4.
dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara
perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa
iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang
tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah
sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
Ø
Wanita
yang dicerai suaminya sebelum dicampuri maka baginya tidak ada iddah, dalam
arti begitu heri itu cerai, maka hari itu pula ia boleh menikah dengan laki-laki
lain. Hal ini berdasarkan Firman Allah SWT Al-Ahzab ayat 49:
$pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#þqãZtB#uä
#sÎ)
ÞOçFóss3tR
ÏM»oYÏB÷sßJø9$#
¢OèO
£`èdqßJçGø)¯=sÛ
`ÏB
È@ö6s%
br&
Æèdq¡yJs?
$yJsù
öNä3s9
£`Îgøn=tæ
ô`ÏB
;o£Ïã
$pktXrtF֏s?
(
£`èdqãèÏnGyJsù
£`èdqãmÎh| ur
%[n#u|
WxÏHsd
ÇÍÒÈ
Artinya:
49.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang
beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka
sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta
menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan
cara yang sebaik- baiknya.
3.
Hak isteri selama masa iddah
Wanita
yang dalam masa iddah raj’iah (iddah talak satu atau talak dua berhak menerima
tempat tinggal, pakaian dan belanja dari suaminya. Karena pada hakekatnya
mereka masih belum putus tali perkawinannya, dan masih berstatus suami isteri.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang artinya: “perempuan berhak mengambil nafkah dan rumah kediaman dari bekas
suaminya yang masih boleh rujuk kepadanya (H.R. Ahmad dan An Nasa’i)”
Ø
Wanita
dalam iddah ba’in (talak tiga atau khuluk) tetapi tidak hamil hanya berhak mengambil
tempat tinggal saja. Berdasarkan Firman Allah SWT dalam QS At-Thalaq ayat 6:
£`èdqãZÅ3ór&
ô`ÏB
ß]øym
OçGYs3y
`ÏiB
öNä.Ï÷`ãr
wur
£`èdr!$Òè?
(#qà)ÍhÒçGÏ9
£`Íkön=tã
4
bÎ)ur
£`ä.
ÏM»s9'ré&
9@÷Hxq
(#qà)ÏÿRr'sù
£`Íkön=tã
4Ó®Lym
z`÷èÒt
£`ßgn=÷Hxq
4
÷bÎ*sù
z`÷è|Êör&
ö/ä3s9
£`èdqè?$t«sù
£`èduqã_é&
(
(#rãÏJs?ù&ur
/ä3uZ÷t/
7$rã÷èoÿÏ3
(
bÎ)ur
÷Län÷| $yès?
ßìÅÊ÷äI|¡sù
ÿ¼ã&s!
3t÷zé&
ÇÏÈ
Artinya:
6.
tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil,
Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika
mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya,
dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu
menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.
Ø
Wanita
dalam iddah wafat tidak mendapat hak seperti wanita dalam iddah li”an tetapi ia
dan anak kandungnya mendapat hak pusaka dari suaminya yang meninggal dunia.
Rasusullah SAW Bersabda yang artinya: “
wanita hamil yang kematian suaminya tidak berhak mengambil nafkah” (H.R.
Muslim).
C.
RUJUK
1.
Pengertian Rujuk
Rujuk
dan segi bahasa kembali atau pulang. Dari segi istilah hukum syarak rujuk
bermaksud mengembalikan perempuan kepada nikah selepas perceraian kurang
daripada tiga kali dalam masa idah dengan syarat-syarat tertentu.
Ø
Seorang suami yang hendak merujuk isterinya
tidak perlu mendapatkan persetujuan kepada bekas isteri terlebih dahulu.
Ø
Seorang
suami yang telah menceraikan isterinya dengan talak satu atau dua, harus
baginya untuk rujuk kembali kepada isterinya selama isteri itu masih dalam
iddah kerana rujuk adalah hak suami, bukan hak isteri.
Rujuk digalakkan oleh Islam. Firman
Allah:
àM»s)¯=sÜßJø9$#ur
ÆóÁ/utIt
£`ÎgÅ¡àÿRr'Î/
spsW»n=rO
&äÿrãè%
4
wur
@Ïts
£`çlm;
br&
z`ôJçFõ3t
$tB
t,n=y{
ª!$#
þÎû
£`ÎgÏB%tnör&
bÎ)
£`ä.
£`ÏB÷sã
«!$$Î/
ÏQöquø9$#ur
ÌÅzFy$#
4
£`åkçJs9qãèç/ur
,ymr&
£`ÏdÏjtÎ/
Îû
y7Ï9ºs
÷bÎ)
(#ÿrß#ur&
$[s»n=ô¹Î)
4
£`çlm;ur
ã@÷WÏB
Ï%©!$#
£`Íkön=tã
Å$rá÷èpRùQ$$Î/
4
ÉA$y_Ìh=Ï9ur
£`Íkön=tã
×py_uy
3
ª!$#ur
îÍtã
îLìÅ3ym
ÇËËÑÈ
Artinya:
228. wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
228. wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
2.
Hukum rujuk
a.
Wajib —
Suami yang menceraikan salah seorang daripada isteri-isterinya dan dia belum
menyempurnakan pembahagian giliran
terhadap isteri yang diceraikan itu.
b.
Haram —
Apabila rujuk itu menjadi sebab mendatangkan kemudaratan kepada isteri tersebut.
c.
Makruh
— Apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada rujuk.
d.
Harus
— Jika membawa kebahagiaan kepada ahli keluanga kedua-dua belahpihak.
e.
Sunat — Sekiranya mendatangkan
kebaikan.
Suami boleh merujuk isteri
yang ditalakkannya dengan syarat-syarat berikut:
Ø
Belum
habis iddah.
Ø
Isteri
tidak diceraikan dengan talak tiga.
Ø
Talak itu setelah persetubuhan.
3.
Rukun Rujuk
a.
Suami
yang merujuk
Syarat-syarat suami sah merujuk:
Ø
Berakal.
Ø
Baligh.
Ø
Dengan
kemahuan sendiri.
Ø
Tidak
dipaksa — tidak sah rujuk suami yang murtad.
b.
Isteri yang dirujuk.
Syarat isteri yang sah dirujuk:
Ø
Telah
disetubuhi.
Ø
Bercerai
dengan talak, bukan dengan fasakh.
Ø
Tidak
bercerai dengan khuluk — tidak sah dirujuk isteri yang bercerai dengan
khuluk.
Ø
belum
dijatuhkan talak tiga
c.
Ucapan
yang menyatakan rujuk.
Syarat-syarat lafaz:
Ø
Lafaz
yang menunjukkan maksud rujuk, misalnya kata suami “aku rujuk engkau”
atau “aku kembalikan engkau kepada nikahku”.
Ø
Tidak
bertaklik — tidak sah rujuk dengan lafaz yang bertaklik, misalnya kata suami “aku
rujuk engkau jika engkau mau”. Rujuk itu tidak sah walaupun isteri
mengatakan mau.
Ø
Tidak terbatas waktu - seperti kata suami “aku
rujuk engkau selama sebulan”.
Isteri
yang telah habis tempoh iddahnya atau diceraikan dengan Talak Bain termasuklah
Talak Tiga tidak boleh dirujuk semula. Sekiranya ingin bersatu semula hendaklah
dengan akad yang baru.
4.
Syarat-syarat
sah kawin semula selepas talak tiga ialah:
a.
selesai iddah dari suami pertama.
b.
bekas isteri berkawin dengan lelaki lain.
c.
suami
kedua sudah melakukan persetubuhan dengannya.
d.
bercerai
dengan suami kedua, fasakh, atau mati (habis iddah)
e.
Setelah
tamat iddahnya, suami pertama boleh kembali bekas isterinya itu dengan akad
nikah yang baru mengikut syarat-syarat dan rukun-rukun nikah yang ditetapkan
f.
Rujuk
secara bengurau dianggap sah walaupun dilakukan secara
main-main dan tanpa saksi.
5.
Hikmat
rujuk
a.
Dapat
menyambung semula hubungan suami isteri untuk kepentingan kerukunan numah tangga.
b.
Membolehkan seseorang berusaha untuk rujuk
meskipun telah berlaku perceraian.
c.
Dapat menimbulkan kesadaran untuk lebih
bertanggungjawab dalam soal rumahtangga.
BAB III
KESIMPULAN
1.
Thalak adalah melepaskan ikatan nikah dari
suami dengan mengucapkan lafaz tertentu, misalnya suami mengatakan kepada
isterinya; “saya thalak engkau”, dengan ucapan tersebut lepaslah ikatan
pernikahan dan terjadilah perceraian. Thalak menurut hukum asalnya adalah
makruh, karena talak merupakan perbuatan yang halal tetapi paling tidak disukai
oleh Allah SWT
2.
Iddah berarti sejumlah waktu ( hari ) untuk menunggu bagi
perempuan dan tidak boleh untuk menikah setelah wafat suaminya atau berpisah
denganya. Dikalangan para ulama fiqh terdapat banyak pendapat dalam memberikan
pengertian iddah. Menurut ulama Hanafiah, iddah berarti saat-saat
tertentu menurut syara’ untuk menyelesaikan hal-hal yang terkait dengan
perkawinan. dengan kata lain saat menunggu bagi wanita ketika berpalingnya
perkawinan atau yang serupa. Sedangkan menurut ulama jumhur, Iddah
berarti saat menunggu bagi perempuan (istri) untuk mengetahui kekosongan
rahimnya, atau untuk beribadah, atau keadaan bersedih-berduka cita terhadap
perkawinanya, yang berakhir.
3.
Rujuk
dan segi bahasa kembali atau pulang. Dari segi istilah hukum syarak rujuk
bermaksud mengembalikan perempuan kepada nikah selepas perceraian kurang
daripada tiga kali dalam masa idah dengan syarat-syarat tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Agama RI. 1995. Pendidikan Agama Islam.
Bandung: Lubuk Agung
Sahib,
Muhammad Amin, dkk. 2009. Pendidikan
Agama Islam. Makassar:Universitas Negeri Makassar
Al-Qur’an
dan terjemahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar