Selasa, 07 Februari 2012


PELAMPUNG
Kenapa hitam sekali itu di bawah matamu, Iping? Begadangki lagi main PS tadi malam?? Kukira ulangan Bahasa Indonesiaki sebentar.” Ibu Neneng menegur anaknya yang baru berjajan menuju meja makan untuk sarapan bersama.
Sambil duduk dan mengambil piring, Iping menjawab, “Mama iya, su’udzzan mi seng. Nda’ main PS ka kodong, belajarka...”
Mandi jako tadi? Cu’mala’nu” Ipung, saudara kembar Iping yang juga satu sekolah dengannya menanggapi
Mandika iya, masa’ nda’ mandiki baru mau pergi sekolah” Iping membela diri
Cepatmako makan. Saya hampirma selesai. Nanti terlambat meki’ seng”
Iping mempercepat makannya, kemudian berpamitan pada mamanya.
Awas kalau jelek nilaimu, kukirim ke kampung PS mu” ancam ibu Neneng kepada anaknya
Tenang, Mama. Janjika baguski pasti nilaiku. Begini-begini ini anak ta mama, pintar tonji”
Jangan ki tampo dudu, Nak. Buktikan dalam aksi nyata.”
Tungguka dulu, Ipung” Iping berlari menuju kamarnya sepertinya teringat sesuatu kemudian berteriak, “Ipung, liatko kertas yang tadi kusimpan di meja belajarku?”
Kertas apa seng? Bukan yang kau simpan di dekat telpon?” Ipung balas berteriak dari pintu depan, “cepat mako, adami pete’-pete’ di depan”
Ow,, iyo di’. Tungguka dulu” Terburu-buru Iping kembali ke ruang tengah dan mengambil kertas di dekat telepon kemudian menyusul Ipung ke depan.
Ibu Neneng geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak kembarnya.
Sesampai di sekolah ternyata mereka terlambat. Ulangan Bahasa Indonesia di Kelas Iping telah dimulai. Pelajaran Matematika di kelas Ipung juga telah berlangsung beberapa menit. Ipung berlari menuju kelasnya, XI IPA, di lantai 2 sambil menggerutu, “Gara-gara kau mi itu, Iping, terlambatmaki. Adami ibu Silvy di kelasku”
Assalamu ‘alaikuum. Maaf, Pak. Terlambatka.” Iping masuk kelas dengan takut-takut
Waalaikum salam. Em de de, terlambatmi seng. Cepat maki’ duduk.. Itu soalnya di papan tulis.” Pak Hamid, Guru Bahasa Indonesia SMA Muhammadiyah Sungguminasa, menjawab sambil geleng-geleng kepala.
Iye, Pak. Terima kasih.”
Kenapa terlambat mako seng??” Achink, teman sebangku Iping berbisik begitu Iping duduk di bangkunya, kemudian melanjutkan, “liat sai soalnya,, susahnya.”
Iping membaca soal di papan tulis dan tersenyum senang, yakin bisa menjawab soal-soal itu dan memenuhi janjinya pada mamanya untuk memperoleh nilai bagus. Diambilnya kertas dan mulai menulis soal sambil bersenandung kecil dengan riang. Achink menatap Iping dengan keheranan. Iping balas menatap.
Tenang, Bro. Liatimi Bapak, saya urus ki ini soal.” Bisik Iping sambil merogoh sesuatu di sakunya sambil tersenyum.
Iping membuka pelan-pelan kertas yang telah dipersiapkannya untuk ‘memperlancar’ ulangan Bahasa Indonesianya, sementara Achink memantau keberadaan Pak Hamid. Dan seketika raut wajah Iping berubah. Tak ada lagi senyum di wajahnya. Bagaimana tidak? Kertas contekan yang telah susah payah disiapkan telah mengkhianatinya. Terbang sudah harapan memperoleh nilai tinggi. Coretan-coretan yang sedianya akan membantu banyak dalam ulangan Bahasa Indonesianya, secara ‘ajaib’ berubah menjadi daftar bumbu-bumbu dapur dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Iping terkulai lemas. Achink melongo.
Sementara di rumah, Ibu Neneng terkejut menemukan daftar belanjaannya ‘berubah’ menjadi ringkasan Bahasa Indonesia 1 bab.

Beatiful Moments PC IPM Sungguminasa @PKP PD IPM Gowa
Gentungan, 1 – 6 Januari 2012 (Judul Asli:Kertas Contekan)
Syahruni Syam














Tidak ada komentar:

Posting Komentar